Sukanto
Tanoto mengatakan bahwa hal mendasar agar sumber daya selalu bisa terbarui
adalah membuatnya sendiri. Wujud nyata yang dilakukan oleh RGE adalah dengan
membuat perkebunan sendiri. Seperti yang disebutkan sebelumnya, dari industri
kelapa sawit hingga serat viscose. Pada industri kelapa sawit, Asian Agri. Agar
menghasilkan minyak kelapa sawit, mereka membuat perkebunan seluas 160 ribu
hektar. Dari sekitar 60 ribu hektarnya diberikan kepada para petani plasma
dalam pengelolaan. Selain itu juga mereka bekerja sama dengan petani swadaya,
sekitar 30 ribu orang.
Selain itu, Asian Agri menjadi skala besar yang
beberapa diantaranya telah turut mengolah limbah pabrik menjadi sumber energi
listrik. Raksasa sawit yang beroperasi di Sumatera Utara, Jambi, dan Riau itu
hingga 2020 menargetkan pembangunan pabrik biogas sebanyak 20 unit, dengan
nilai investasi mencapai 94 juta dollar AS. Pada tahun 2015, mereka sudah
membangun lima pabrik biogas untuk mereduksi gas rumah kaca. Pabrik sawit yang
mengeluarkan limbah itu ditangkap oleh methan capture, dan diolah untuk
menghasilkan listrik. Di antaranya, di Jambi baru ada satu pabrik biogas dan
empat pabrik biogas lainnya ada di Riau dan Asahan masing masing dua unit.
Untuk pabrik di Jambi merupakan pabrik biogas pertama yang beroperasi dari
perusahaan perkebunan kelapa sawit dan pada satu pabrik biogas dengan kapasitas
60 ton per jam bisa menghasilkan energi listrik sebesar 2 megawatt (MW),
potensi listrik yang dihasilkan sebesar 2 MW tersebut mampu untuk menerangi
2.000 rumah. Kebutuhan listrik di pabrik sawit sendiri tak lebih dari 700
kilowatt sehingga masih ada sisa atau kelebihan listrik (excess power) sebesar
1,3 MW.
Energi Terabaikan Data Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) menunjukkan baru satu persen dari potensi energi terbarukan
yang dimanfaatkan. Sebanyak 99 persen potensi energi dari panasbumi, hidro,
bioenergi, surya, angin, dan laut belum dimanfaatkan. Direktur Jenderal EBT dan
Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida
Mulyana mengatakan, energi terbarukan baru dimanfaatkan sebesar 8,66 gigawatt
(GW) atau sekitar satu persen dari potensinya yang mencapai 801,2 GW.
Data Kementerian ESDM mencatat panasbumi memiliki
potensi hingga 29,5 GW, namun baru termanfaatkan sebesar 1,44 GW (5 persennya).
Adapun hidro memiliki potensi hingga 75 GW, namun baru 5,02 GW (7 persen) yang
dimanfaatkan untuk PLTA, PLTM/H. Potensi bioenergi tercatat sebesar 32,6 GW,
dan baru digunakan 1,74 GW (5,3 persen). Sementara energi surya atau matahari
menyimpan potensi hingga 532,6 GWp dan baru dimanfaatkan sebesar 0,08 GWp (0,01
persen). Adapun potensi angin dan laut masing-masing sebesar 113,5 GW dan 18
GW. Akan tetapi, potensi tersebut baru termanfaatkan 6,5 MW (0,01 persen) dan
0,3 MW (0,002 persen).
Ditulis oleh:
Khairina Caem - Rabu, 09 Mei 2018